Senin, 02 November 2009

Kasus 2

Kasus 2
Seorang pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan mata terasa nyeri, gatal dan terasa ada benda asing. Hasil pengkajian Ners Ema didapatkan data kelopak mata dan sekitarnya edema, konjungtiva hiperemis, dan terdapat secret mukopurulen, kornea terlihat iritasi, Suhu ; 39 teknan darah : 130/80 mmHg. Ny K memiliki riwayat penyakit menular seksual, pasien pernah memiliki bayi yang mengeluarkan kotoran seperti nanah dari matanya 1 hari-2 minggu setelah bayi lahir. Kelopak mata anaknya mebengkak, merah dan menangis bila ditekan. Perawat puskesmas biasa ditugaskan pada kelopak mata khusus yang beresiko tinggi PMS di masyarakat.


 KONSEP PENYAKIT

ANATOMI KONJUNGTIVA

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya.
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi dan menyebar kebawahnya.



Histologi :
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.


DEFINISI

Konjungtivis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoeae.

PENYEBAB

* Virus (pada umumnya adenovirus)
*Bakteri or kuman ( staphylococcus dan streptococcus )
*Jamur (sangat jarang)
*Chlamydia (Chlamydia trachomatis )
*Alergi (cuaca, debu, dll)
*Bahan kimia ( polusi udara, sabun, kosmetik, chlorine, dll)
*Benda asing.
*Disebutkan pula bahwa parasit dapat menjadi penyebab konjungtivitis.

PEMBAGIAN / KLASIFIKASI MENURUT GAMBARAN KLINIK.

Penyakit ini dapat mengenai bayi berumur 1 – 3 hari, disebut oftalmia neonatorum, akibat infeksi jalan lahir. Dapat pula mengenai bayi berumur lebih dari 10 hari atau pada anak-anak yang disebut konjungtivitis gonore infantum. Bila mengenai orang dewasa biasanya disebut konjungtivitis gonoroika adultorum.

1. Konjungtivitis Kataral.
-Konjungtivitis Kataral Akut.
Disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akut simplek, “pink eyes”.
Penyebab:
Koch Weeks, stafilokok aureus, streptokok viridan, pneukok, dan lain-lain.

Tanda klinik:
Pada palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar, seperti beledru karena ada edema dan infiltrasi. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtival banyak, kemosis dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi pneumokok.




-Konjungtivitis Kataral Sub Akut.

Penyebab:
Sebagai lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus hemofilus influenza.
Tanda klinik:
Palpebra edema. Konjungtiva palpebra hiperemi tak begitu infiltratif. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva positif, tak ada blefarospasme dan secret cair.
Konjungtivitis Katarak Kronik.
Sebagai lanjutan konjungtivitis kataral akut atau disebabkan kuman koch weeks, stafilokok aureus, morax axenfeld, E. Colli atau disebabkan juga obstruksi duktus naso lakrimal.

Tanda klinik:
Palpebra tak bengkak, margo palpebra bleparitis dengan segala akibatnya. Konjungtiva palpebra sedikit merah, licin, kadang-kadang hypertropis seperti beledru. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva ringan.

2. Konjungtivitis Purulen.
Dapat Disebabkan :
Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok, meningokok, stafilokok, dsb.

Tanda Klinik :
Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen.
Pengertian :
Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika.

Patofisiologi :
Proses peradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman bukan yang berbentuk kokkus, gram ngatif yang sering menjadi penyebab uretritis, pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva.

Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan.
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :
1. Infiltratif
2. Supuratif atau purulenta
3. Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil.

1. Stadium Infiltratif.
Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya,
2. Stadium Supurativa/Purulenta.
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang kental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan).
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.
Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtiva kemotik.
3. Konjungtivitis Flikten.
Merupakan peradangan terbatas dari konjungtiva dengan pembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan kecil, berwarna kemerahan yang disebut flikten.
Penyebab : alergi terhadap
o Tuberkulo protein, pada penyakit TBC.
o Infeksi bakteri : koch weeks, pneumokok, stafilokok, streptokok.
o Virus : herpes simpleks.
o Toksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo palpebra.
o Jamur pada kandida albikans.
o Cacing : ascaris, tripanosomiasis.
o Infeksi fokal : gigi, hidung, telinga, tenggorokan dan traktus urogenital.

Konjungtivitis 2 macam :

-Konjungtivitis Flikten.
Tanda radang tak jelas, hanya terbatas pada tempat flikten, sekret hampir tak ada
-Konjungtivitis Kum Flikten.
Tanda radang jelas, sekret mukos, mukopurulen, biasanya karena infeksi sekunder pada konjungtivitis flikten.
Keluhan :
Lakrimasi, fotofobia, bleparospasme. Oleh karena dasarnya alergi, maka cepat sembuh tetapi cepat kambuh kembali, selama penyebabnya masih ada di dalam tubuh.

4. Konjungtivitis Membran / Pseudo Membrane.
Ditandai dengan adanya masa putih atau kekuning-kuningan, yang menutupi konjungtiva palpebra bahkan konjungtiva bulbi.
Didapat pada :
• Difteri primer atau sekunder dari nasopharynx.
• Streptokokus beta hemolitik eksogen maupun endogen.
• Steven Johnson Syndrome.

Gejala klinik :
Palpebra bengkak. Konjungtiva palpebra : hiperemi dengan membrane diatasnya. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), mungkin ada membrane. Kadang-kadang ada ulkus kornea. Konjungtivitis pseudomembrane umumnya terdapat pada semua konjungtivitis yang bersifat hiperakut atau purulen seperti konjungtivitis gonore, akibat gonokok, epidemik keratokonjungtivitis, inclusion konjungtivitis.

5. Konjungtivitis Vernal.
Dinamakan psring catarh karena banyak ditemukan pada musim bunga di daerah yang mempunyai empat musim.
Keluhannya mata sangat gatal, terutama berada pada lapangan terbuka yang panas terik. Sering menunjukkan alergi terhadap tepung sari dan rumput-rumputan.

6. Konjungtivitis Folikularis Nontrakoma.
Dibagi lagi menjadi :
Konjungtivitis folikularis akut, yang disebabkan oleh virus termasuk golongan ini adalah :
o Inclusion konjungtivitis.
o Keratokonjungtivitis epidemika.
o Demam faringokonjungtiva.
o Keratokonjungtivitis herpetika.
o Konjungtivitis new castle.
o Konjungtivits hemoragik akut.
Konjungtiva folikularis kronika.
Konjungtiva folikularis toksika / alergika.
Folikulosis.

7. Konjungtivitis Folikularis Trakoma.
Penyebab virus dari golongan P.L.T (Psittacosis Lympogranuloma Tracoma)


Oftalmia Neonatorum (Konjungtivitis Neonatorum)

DEFINISI
Oftalmia Neonatorum (Konjungtivitis Neonatorum) adalah suatu infeksi mata pada bayi baru lahir yang didapat ketika bayi melewati jalan lahir.

PENYEBAB
Berbagai organisme bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru lahir, tetapi infeksi bakteri yang berhubungan dengan proses persalinan, yang paling banyak ditemukan dan berpotensi menyebabkan kerusakan mata adalah gonore (Neisseria gonorrhea) dan klamidia (Chlamydia trachomatis).

Virus yang bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum dan kerusakan mata yang berat adalah virus herpes.
Virus ini juga bisa didapat ketika bayi melewati jalan lahir, tetapi konjungtivitis herpes lebih jarang ditemukan.

Organisme tersebut biasanya terdapat pada ibu hamil akibat penyakit menular seksual (STD, sexually-transmitted disease).
Pada saat persalinan, ibu mungkin tidak memiliki gejala-gejala tetapi bakteri atau virus mampu menyebabkan konjungtivitis pada bayi yang akan dilahirkan.

GEJALA
Bayi baru lahir yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran dari matanya dalam waktu 1 hari sampai 2 minggu setelah dia lahir.
Kelopak matanya membengkak, merah dan nyeri bila ditekan.

Gonore bisa menyebabkan perforasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti pada struktur mata yang lebih dalam.

Gejala lainnya adalah:
- riwayat penyakit menular seksual pada ibu
- dari mata keluar kotoran encer dan berdarah (serosanguinosa) atau kotoran kental seperti nanah (purulen).

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap kotoran mata.

PENGOBATAN
Antibiotik dalam bentuk topikal (salep dan tetes mata), per-oral (melalui mulut) maupun intravena (melalui pembuluh darah), semua bisa digunakan tergantung kepada beratnya infeksi dan organisme penyebabnya.
Kadang antibiotik oral dan topikal digunakan secara bersamaan.

Irigasi mata dengan larutan garam normal dilakukan untuk membuang kotoran purulen yang terkumpul.

PENCEGAHAN
Konjungtivitis neonatorum bisa dicegah dengan cara:
• Mengobati penyakit menular seksual pada ibu hamil
• Memberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik (misalnya eritromisin) kepada setiap bayi yang baru lahir.


 HEALTH ASSESMENT

A. BIODATA

Nama : Ny.K
Usia : 40 tahun

B. RIWAYAT KESEHATAN

• Keluan Utama :
Mata nyeri, gatal, terasa ada benda asing
• Riwayat kesehatan sekarang :
Didapatkan kelopak mata pasien bengkak, konjungtiva hiperemis dan terdapat secret mukopurulen,kornea terlihat iritasi
• Riwayat kesehatan masa lalu :
Pasien memiliki riwayat penyakit menular seksual.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
- Pasien pernah memiliki bayi yang mengeluarkan kotoran dari matanya 1 hari- 2 minggu setelah bayinya lahir.
- Bayi Ny. K mengalami pembengkakan kelopak mata, merah dan menangis bila ditekan.

C. PEMERIKSAAN FISIK.

Inspeksi :
- kelopak mata dan sekitar mengalami pembengkakan
- konjungtiva hiperemis
- terdapat sekret mukopurulen
- kornea tampak hiperemis

Palpasi :
- Kelopak mata membengkak
- Terasa panas pada pembengkakan

Tanda-tanda vital
- Suhu : 39 ------- demam
- Tekanan darah : 130/80 mmHg------normal
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan LAB
3. Pemeriksaan sediaan langsung secret : perwarnaan gram / giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.

E. PENCEGAHAN

1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.
2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).
3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol salep mata.
4. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat melahirkan.
5. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.

F. PENATALAKSANAAN

- Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.
- Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
- Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian diberi salep penisillin setiap ¼ jam. Penisillin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 – 20.000 unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit., disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari.
- Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.
- Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.
- Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.

Efek samping pengobatan
- Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi gonore akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampai dua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap.
- Antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi.
- Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut, ruam dan reaksi alergi.

Pengawasan
Bayi harus diawasi untuk memastikan infeksi tidak kambuh setelah diterapi. Ibu dari janin dengan konjungtivitis gonore neonatorum harus diuji dan diterapi terhadap penyakit menular seksual bila diperlukan, gejala-gejala apapun yang baru ditemukan atau memperburuk keadaan harus dilaporkan kepada dokter.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT KONJUNGTIVITIS

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan dilatasi pembuluh darah pada konjungtiva

DS:
- Pasien mengeluh nyeri
DO:
- Kelopak mata dan sekitarnya mengalami edema
- Kornea terlihat iritasi
- Konjungtiva hiperemis
- Terdapat secret mukopurulen Tupen :
• Setelah diberikan perawatan selama 2 x 24 jam diharapkan pasien mampu melaporkan rasa nyeri yang dirasakan mulai terkontrol
• Pasien mampu mengidentifikasi tindakan yang diberikan untuk perlindungan pada matanya dan komplikasinya

Tupan :
• Setelah diberikan perawatan selama 1 minggu, pasien terbebas dari nyeri yang ditandai dengan :
- hilangnya edema pada kelopak mata
- Tidak terdapat iritasi ada kornea pasien
- Hilangnya secret
- Tidak terjadi dilatasi pembuluh darah yang dapat menyebabkan konjungtiva hiperemis

Mandiri :

• Kaji tingkat nyeri


• Jelaskan penyebab nyeri

• Kompres mata dengan air hangat
• Mata istirahatkan


Kolaborasi :

• Kolaborasi dalam pemberian obat mata (AB)



• Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi selanjutya
• untuk menambah pengetahuan pasien
• untuk mengurangi rasa nyeri

• menurunkan radang, mengurangi aktivitas



• Menghilangkan peradangan
2 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien mengenai proses perjalanan penyakit, perawatan diri dan pengobatan


Tupen :
• Setelah diberikan perawatan selama 2x 24 jam diharapkan pasien tampak rileks dan melaporkan rasa cemas tentang proses penyakitnya menurun sampai tingkat yang dapat diatasi

Tupan :
• Setelah diberikan perawatan selama 1 minggu diharapkan rasa cemas pasien hilang dank lien dapat menunjukkan keterampilan dalam pemecahan masalahnya.
Mandiri
• Kaji tingkat ansietas / kecemasan, derajat penglaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan tentang kondisinya saat ini
• Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang proses penyakitnya dan diskusikan tentang pengobatan yang dijalani pasien

• Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan

• Faktor ini dapat mempengaruhi persepsi pasien tentang ancaman diri



• Menurunkan ansietas sehbugan dengan ketidaktahuan / harapan yag akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membantu pilihan informasi tentang pengobatan yang akan dijalani
• Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah
3 Gangguan citra diri berhubungan adanya perubahan bentuk kelopak mata
DS:
DO:
- Kelopak mata dan sekitarnya mengalami edema
- Kornea terlihat iritasi
- Konjungtiva hiperemis
- Terdapat secret mukopurulen
Tupen :
• Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien dapat menunjukkan adaptasi terhadap perubahan bentuk mata yang terjadi pada dirinya

Tupan :
• Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu pasien dapat mengungkapkan penerimaan keadaan dirinya sendiri dan sudah mampu berartisipsi aktif dalam berhubungan dengan orang lain Mandiri
• Atur periode singkat untuk bicara dan dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya. Misalnya, perubahan penampilan seperti kelopak mata yang mengalami edema, adanya secret mukopurulen
• Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang perubahan penampilan yang dialami
• Dorong pasien untuk membuat pilihan dan partisipasi dalam perawatan diri sendiri
• Membina hubungan dan meningkatkan keterbukaan dengan pasien. Membantu dalm mengevaluasi masalah yang sedang dihadapi




• Kelopak mata yang menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik.


• Dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri pasien.
4. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan
DS:
DO:
- Kelopak mata dan sekitarnya mengalami edema
- Kornea terlihat iritasi
- Konjungtiva hiperemis
- Terdapat secret mukopurulen
- Suhu tubuh : 39
Tupen :
• Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam diharapkan kelopak mata dan sekitarnya mengalami edema dan adanya secret mukopurulen serta deman dapat terkontrol.

Tupan :
• Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu diharapkan pasien dapat :
-meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu,
-bebas dari drainase
-bebas secret mukopurulen,
-tidak mengalami edema, demam, dan kornea tidak mengalami iritasi,
Mandiri
• Diskusikan pentingnya cuci tangan sebelum menyentuh mata dan
• Pertahankan tindakan septic dan aseptic

• Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan kelopak mata dari dalam kea rah luar


Kolaborasi
• Berikan antibiotik
• Menurunkan julah bakteri pada tangan

• Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke pasien.
• Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih.




• Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.

5 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
DS:
DO:
- Kelopak mata dan sekitarnya mengalami edema
- Kornea terlihat iritasi
- Konjungtiva hiperemis
- Terdapat secret mukopurulen
Tupen :
• Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera

Tupan :
• Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu diharapkan pasien terhindar dari cedera. Mandiri
• Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk
• Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya
• Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan.
• Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.


• Menurunkan resiko jatuh (cedera).


• Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.



• Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.

• Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.


Peran dan Fungsi Perawat pada Kelompok Khusus PMS
1. Care Provider
• Memberikan pelayanan keperawatan kepada kelompok khusus atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi
• Memperhatikan individu dalam konteks sesuai dengan kehidupan kelompok khusus dalam hal ini perawat harus memperhatikan kebutuhannya seperti pemenuhan kebutuhan dasarnya.contoh pemberian asupan nutrisinya, dll.

2. Educator
• Tugas perawat adalah membantu kelompok khusus meningkatkan pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mencegah gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik, dalam kasus ini perawat lebih menekankan pada personal hygiene yang baik
• Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP

3. Conselor
• Tugas utama adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi kelompok khusus terhadap keadaan sehat sakit dalam kasus ini kelompok khusus dapat mengetahui etilogi dan manisfestasi dari penyakit yang berhubungan dengan prilakunya.
• Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan "dasar" dalam merencanankan metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya
• Konseling diberikan kepada kelompok dalam mengintergrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu
• Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)

Tugas keperawatan peningkatan kesehatan :
1. Memberi penyuluhan
• Gizi
• Sanitasi
• Kesehatan mental
• Kesehatan ibu dan anak
2. Pencegahan penyakit
• Memberi imunisasi
• Memberi vaksinasi dan penyuluhan kesehatan
3. Pengobatan
• Memeberi pelayanan medic sederhana pada daerah terpencil, tingkat kabupaten dan pedesaan
4. Rehabilitasi
• Mengajar dan melaksanakan keperawatan bila tindakan peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan pengoba


ASPEK LEGAL ETIK

1. Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang aan dilakukan kepada pasien. Pada kasus ini, perawat bertanggung jawa atas mulainya dari proses pengkajian, membuat diagnosa, intervensi keperawatan hingga segala informasi mengenai pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan pada pasien Ny.K.
2. Confidentiality
Perawat selalu menjaga kerahasiaan info yang berkaitan dengan kesehatan pasien termasuk info tertulis, verbal dsb. Pada kasus ini, diharapkan perawat dapat menjaga kerahasiaan tentang kehidupan pasien yang bertempat tinggal di lingkungan yang beresiko tinggi PMS serta pasien yang pernah memiliki bayi yang terkena konjungivitis neonatorum.


3. Respect for autonomi
Pasien memiliki kebebasan untuk memilih rencana mereka sendiri. Perawat memberikan inform consent tentang asuhan yang akan diberikan, tujuan, manfaat dan prosedur tindakan. Tak lupa pada kasus ini, perawat memberikan health education dalam mendukung proses penyembuhan pasien.
4. Beneficience
Meningkatkan kesejahteraan pasien dengan cara melindungi hak-hak pasien . Dalam kasus ini perawat dapat berkolaborasi dengan ti kesehatan lainnya untuk menentukan terapi farmakologi.
5. Non-malefisience
Kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan injuri kepada pasien. Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan pengkajian fisik, terapi farmakologi , pengobatan dan perawatan yang baik dan benar.